(1)
Medio Januari 2007.
Kala itu
mentari sore bersinar cerah di cakrawala yang mulai merona kemerahan.Nun jauh
disana dari sebuah toko pakaian yang terletak di Salaman Square bukit Menoreh
yang bentuknya seperti leher angsa nampak kokoh berdiri.
“Mas Hanafi bantuin
Syarifah dong…!”
Syarifah
membuyarkan lamunanku.Buru-buru aku membantu menurunkan tumpukan pakaian yang
dibawanya dari rumah ibu Azizah manajer toko Alamanda tempatku bekerja paruh
waktu.
“Apa masih
banyak pakaian yang harus di bawa ke toko Syarifah?”
Gadis
berjilbab itu hanya menggeleng.”Udah habis mas,oh ya ibu ke mana
mas…?”Tanyanya.”Lagi di toko depan.”Jawabku tersenyum.Aku heran melihat raut
mukanya yang sedih.Syarifah mengambil sebuah kursi plastik dan duduk di
sebelahku.
“Oh ya mas
ada yang ada yang ingin Syarifah sampaikan….”
Aku
mengerutkan kening.Melihat mimik wajahnya nampaknya ia mau menyampaikan sesuatu
yang sifatnya serius.
“Kayaknya
serius banget ni,Ada apa..?”
Aku tambah
bingung ketika ia tidak langsung menjawab bahkan menatapku dengan sedih.Ia
menghela nafas dalam-dalam seolah-olah berat unuk mengatakanya.
“Mas aku mau
pamit….”
Bagai
tersengat lebah aku terkejut.Sejenak aku berusaha mencari kebenaran dari sorot
matanya.
“Maksudnya
kamu mau keluar dari sini…?”
Syarifah
mengangguk lemah.
“Tapi
kenapa….?”
Wajahnya
semakin mendung dan seolah mau menngis.Tak pelak aku tambah penasaran sekaligus
ikut sedih.
“Sebelumnya
aku minta maaf sama kamu mas…”
Akhirnya air
mata itu tumpah juga.Aku bingung harus bagaimana karena aku sendiri belum tahu
permasalahanya.
“Syarif
jangan membuatku ikut sedih ….apa aku punya salah sama kamu?”
Syarifah
hanya menggeleng.
“Kemarin
malam sahabat karib ayahku datang dan
bermaksud menjodohkan aku dengan anaknya…”
Bagai
disambar petir hatiku luluh lantak.Tubuhku bergetar hebat.Aku tak tahu harus
bagimana dan tiba-tiba hatiku terasa perih sekali.
“Malam nanti
ayahku mau menjemputku mas…”
Isak
tangisnya semakin membuatku pilu.
Suasana sore
yang cerah seketika berubah kelabu bagiku.
***
Siang itu
langit agak muram.Bukit Menoreh yang biasanya nampak anggun kehijauan di kala
suasana cerah kini nampak berselimut awan kelabu.Seorang gadis berjilbab masuk
ke dalam toko.”Silakan mbak mau nyari apa…?”Sapaku ramah.”Ibunya ada mas…?”
“Oh ada
mbak.”
Ibu Azizah
berdiri dari balik meja kasir dan tersenyum menyambut tamunya.Disamping pmbeli
biasanya banyak juga saudara atau
kerabat dari keluarga ibu yang berkunjung sesekali waktu.Ada pula yang berniat
melamar pekerjaan.Tapi aku belum tahu apakah ia kerabat ibu atau tengah
menanyakan pekerjaan.Namun dari pembicaraan yang ku dengar nampaknya ia tengah
melamar pekerjaan.
“Mas
Hanafi…”
“Dalem bu…”
Aku mendekat
ketika ibu memanggilku.
“Tolong pesankan
dua es jeruk di warung Mbak Herni.”
“Wah makasih
bu jadi ngrepotin ni…”
Sekilas
kulihat ia Nampak malu-malu.
Subhanallah.
Subhanallah.
Anggun
sekali gadis berjilbab yang duduk di depan ibu.
“Udah sana
nanti saja ibu kenalkan.”
Dengan muka
memerah malu setelah menerima uang sepuluh ribuan aku bergegas ke warung makan
Mbak Herni yang bersebelahan dengan toko Alamanda.
***
“Wah datang-datang sumringah banget,Ada apa gerangan?”
Setiba di
warung Mbak Herni terheran-heran menyambutku.Aku memang masih terpesona dengan
senyum gadis berjilbab tadi.
”Es jeruk
dua gelas ya mbak…”
Kataku.
“Tumben pesan
dua,Ada tamu ya?”
Aku
mengangguk,”Iya mbak ada yang mau melamar pkerjaan.”Jawabku.
“Oh gadis
berjilbab tadi?”
“Kok mbak
tahu?”
“Mbak tadi
liat dia masuk ke toko.Terus di terima nggak sama ibu?”Tanya Mbak
Herni.”Kayaknya diterima tuh mbak…biasanya ibu gak akan lama kalau menolak
orang yang melamar pekerjaan kalau kira-kira ibu gak cocok.”Jawabku.
“Wah kamu
pasti senang dong Han dapat teman baru,Kan tipe kamu banget
tuh…berjilbab,cantik lagi.”Celetuk Mbak Herni.
Aku hanya
tersenyum.
“Ah mbak
bisa saja,Semua temenku disini kan berjilbab semua…”Belum selesai aku bicara
Mbak Yanti karyawan Mbak Herni menyahut,
“Awaaass ya Han kalau kamu sampai naksir sama dia berarti kita putuuuuusss!!”
“Awaaass ya Han kalau kamu sampai naksir sama dia berarti kita putuuuuusss!!”
Aku terkekeh
dngan candaan karyawan Mbak Herni.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar